Bagi warga Purbalingga pasti sudah tidak asing lagi mendengar nama Goalawa atau Gualawa. Nama yang dikenal karena menjadi salah satu tempat wisata di Purbalingga yang berhawa sejuk dan memiliki keunikan dengan kontur goanya. Yaa,, Goalawa yang terletak di Desa Wisata Siwarak, Kecamatan Karangreja kini tengah melakukan pembenahan yang dilakukan oleh PD Owabong, baik diarea taman maupun didalam gua itu sendiri. Dengan adanya pembenahan ini juga nantinya nama Goalawa diubah menjadi Golaga (Goalawa Purbalingga). Diharapkan dengan adanya pembenahan dan penggantian nama Golaga kedepan bisa memiliki daya pikat dan lebih menarik wisatawan untuk berkunjung dengan suasana dan tampilan baru . Dan pertanggal 26 Desember 2018 pengelolaan Goalawa diserahkan ke Perusahaan Umum Daerah (Perumda) Owabong. Kilas Balik Goalawa Tempo Doeloe Menelusuri Obyek Wisata Gualawa mempunyai kebanggaan tersendiri karena Gua Lawa merupakan keajaiban alam yang mungkin satu-satunya di Indonesia. Umumnya gua-gua yang ada di Indonesia terdiri dari batuan kapur dan berada di lereng bukit, sehingga sering melahirkan stalagnit dan stalagmit. Sedangkan Gua Lawa termasuk gua vulkanik yang terbentuk dari lava pegunungan aktif yang meleleh dan mengalami pendinginan beribu-ribu, bahkan berjuta-juta tahun. Proses pendinginan lava ini mengakibatkan batuannya keras dan kuat dengan warna hitam tanpa menimbulkan stalagnit maupun stalagmit. Tebal batuan bisa mencapai 50 meter, sehingga tahan terhadap guncangan.Letaknya juga tidak di lereng bukit, tapi di bukit. Proses alami dari gaya tarik bumi tidak mungkin terjadi di daerah kapur. Ciri-ciri gua vulkanik antara lain terdapat lorong dan mata air yang terjadi secara alami. Untuk menikmati keindahan Gua Lawa kita harus menuruni lubang tanah yang menganga dan menelusuri lorong-lorongnya. Melewati jalan selebar satu meter, kita akan menikmati kelembaban di dalam gua dan kesejukan mata air yang selalu menetes dari dinding-dinding gua. Di setiap dua-tiga puluh meter perjalanan menelusuri gua, kita bisa menengok ke atas dan menyaksikan lubang tanah berdiameter lebar -- yang selama ini berfungsi sebagai ventilasi gua.Lubang-lubang itu terbentuk dari proses alam, bukan dibuat manusia. Semula terdapat 17 lubang. Belakangan dua lubang mengalami kerusakan dan mulai menyempit dengan sendirinya. Di atas lubang-lubang itu, kini dibuat atap permanen dari genteng berbentuk jamur hingga terlihat asri. Setelah menelusuri gua sepanjang 1,5 km, tentu kita akan merasa capek. Tapi keajaiban-keajaiban yang bisa kita temukan di bumi Purbalingga ini, akan segera mengusir rasa lelah. Apalagi untuk mereka yang menyukai olahraga jalan sehat. Tidak hanya kesegaran tubuh yang bisa didapat, tapi juga kesegaran pikiran dan jiwa. Ada sekitar 14 nama gua yang bisa kita temui dalam satu perjalanan di Gua Lawa itu.Masing-masing gua mempunyai cerita dan legenda tersendiri, yang tentu sangat menarik untuk didengarkan. Saat memasuki pintu gua misalnya, kita bisa menyaksikan 'Gua Batu Semar'. Nama ini diambil karena di dalam gua itu terdapat sebuah batu yang sangat mirip dengan sosok Semar, seorang tokoh dalam jagat pewayangan. Ini adalah batu alami yang sudah berada di tempat itu selama jutaan tahun silam. Dengan satu kali kelokan, perjalanan akan mengantarkan kita Gua Waringin Seto, salah satu goa yang mirip dengan pohon beringin . Lanjut perjalanan kita akan masuk ke istana lawa dan Gua Dada Lawa. Gua ini sangat indah karena di samping bentuknya seperti dada kelelawar raksasa, juga memiliki kolam yang airnya sangat jernih dan tidak pernah kering. Setelah meninggalkan Gua Dada Lawa, kita memasuki satu lokasi yang memiliki tiga buah gua, yaitu 'Gua Pancuran Slamet', 'Gua Sendang Slamet', dan 'Gua Sendang Drajat'. Kedua gua yang disebut pertama memiliki pancuran air yang tak pernah kering. Konon, siapa saja yang mencuci muka dengan air dari pancuran ini akan menjadi awet muda dan memiliki wajah berseri-seri. Sementara 'Gua Sendang Drajat' terdapat mata air yang diyakini mampu mendatangkan rezeki bagi siapapun yang meminumnya. Setelah meninggalkan Gua Sendang Drajat kita akan menemukan Gua yang sangat lebar di dalamnya yang dinamakan Balai Pertemuan Agung atau gangsiran Bupati Goentoer, dimana semasa Bupati Goentoer inilah Gualawa mulai dilakukan pengerukan lumpur. Setelah meninggalkan Gangsiran Bupati Goentoer maka kita akan melihat Lorong pertapaan dimana dilorong inilah sering kita jumpai orang yang bersemedi pada hari-hari tertentu. Setelah meninggalkan Lorong Pertapaan kita akan menuju ke Gua Batu Keris, Ruang langgar dan akan dibawa melewati jembatan yang mempunyai air yang sangat jernih dan sedingin air kulkas. Lanjut perjalanan maka kita akan melewati ruangan yang sangat lebar dan tangga naik untuk keluar. Upz,,, kita belum keluar, masih ada tambahan waktu untuk melikmati keindahan perut bumi dengan masuk ke gua lagi, dan yang pertama kita jumpai adalah Gua Cepet dimana gua cepet juga mempunyai keunikan atau cerita tersendiri . Lanjut dari Gua Cepet kita akan melihat lagi satu ruangan dengan dibatasi pagar besi, dimana di ruangan tersebut adalah ruangan yang digunakan untuk bertapa kaum hawa . Ceritanya kayak apa ?? Silakan pembaca datang ajja kesini untuk melihat-lihat langsung ada apa ajja sii di balik keunikan Gualawa yang banyak mempunyai nilai sejarah .. Lokasi obyek Gualawa seluas 11 hektar dan berada di sisi timur Gunung Slamet ini memang dilengkapi dengan fasilitas bermain anak-anak, taman kenangan , panggung terbuka. Dan ada juga Gua Lorong Kereta yang pengelolaan dan paket wisatanya bisa menghubungi Pokdarwis Lawa Mandiri. Goa Lorong Kereta adalah wisata minat khusus, yang mengharuskan tiap wisatawan yang akan melakukan petualangan susur gua wajib menggunakan peralatan tambahan seperti Helm, Headlamp, sepatu boot demi kenyamanan selama melakukan penyusuran. Goa Lorong Kereta memiliki banyak variasi lorong. Dari lorong yang berair, berlumpur, lorong dengan diameter lebar hingga super sempit dan juga lorong yang terjal. Kayak apa keseruan susur gua lorong kereta ?/ kalian bisa langsung hubungi contact person DISINI untuk booking paket wisatanya. Beberapa tahun lalu, Gua Lawa bahkan dilengkapi dengan sebuah kebun binatang mini yang menampung sejumlah jenis satwa. Sekarang, pengunjung tak bisa lagi menyaksikan berbagai satwa di sana karena biaya pemeliharaan yang tinggi. Suasana teduh sangat terasa di lokasi bermain anak dan taman kenangan. Banyak pohon pinus yang sudah mulai besar. Di samping untuk kesejukan, pohon-pohon juga berfungsi menampung kadar air dalam tanah. Gua Lawa berjarak sekitar 25 km di sisi utara pusat Kota Purbalingga. Bisa ditempuh selama satu jam dengan melewati jalan menanjak dan berkelok. Untuk mencapai tempat yang indah itu, tersedia cukup banyak kendaraan umum. Perjalanan juga bisa dilakukan dari kota Purwokerto melewati wanawisata dengan rimbunan pepohonan. Legenda Gualawa Konon pada waktu Agama Islam mulai berkembang di Pulau Jawa, ada dua mubaligh yang merupakan pengikut ki sutaraga dan mendapat tugas mengembangkan Agama Islam dan menjaga wilayah sekitar goa, mereka adalah dua bersaudara bernama Akhmad dan Mohamad. Dalam bertugas mengembangkan Agama Islam, akhmad dan mohamad menyimpang dari tugasnya. Kedua mubaligh ini justru sering masuk ke dalam goa dimana terdapat dua orang putri cantik yang bernama Endang Murdaningsih dan Endang Murdaningrum yang sedang melakukan semedi. Akhmad & mohamad dibuat terpesona akan kecantikan kedua putri itu. Mereka menggoda dan merayu kedua putri cantik tersebut hingga mereka lupa akan tugas utamanya. Mereka juga sudah lupa siapa diri mereka sebenarnya yang dengan beraninya mengganggu kedua putri nan cantik jelita. Hal ini terdengar oleh Ki Sutaraga. Maka di carilah kedua orang tersebut oleh ki sutaraga bersama pengikutnya yang lain. “Wahai pengikutku, ketahuilah bahwa akhmad dan mohamad telah menyimpang dari tugas utamanya, Etika mereka sudah hilang. Mereka tak tau diri,, Tidaklah pantas seorang pengikut menggoda junjungannya ?? sedangkan mereka masih mengemban tugas menyebarkan agama. Mereka sudah memberi contoh yang tidak benar. “Hai Akhmad, Mohamad, Mau bagaimana agama yang kau ajarkan jika kelakuanmu saja layaknya binatang?! Dan atas kesaktian Ki Sutaraga, maka kedua pengikutnya tersebut berubah menjadi seekor warak. “Ketahuilah wahai pengikutku, dengar dan saksikan. Karena peristiwa yang menimpa kedua orang itu, yang karena ulahnya sendiri, mereka telah berubah menjadi binatang warak, maka supaya kalianlah yang menjadi saksi, di hari kemudian bila hutan ini dapat tumbuh menjadi pedesaan, maka desa tersebut aku beri nama Desa SIWARAK. Menurut cerita para sesepuh dan alim ulama Desa Siwarak, Ki sutaraga sendiri bernama Syekh Jambukarang. Yang dalam pengembaraannya mendapat julukan di setiap tempat yang beliau singgahi. Di Desa Siwarak sendiri beliau dijuluki Ki Sutaraga karena diyakini masyarakat , Desa Siwarak adalah tempat persinggahan terakhir Ki Sutaraga hingga beliau dimakamkan disini. Dalam lokasi pemakaman Ki Sutaraga terdapat tiga buah makam, masing-masing adalah makam Ki Sutaraga, Makam Ki Keli atau yang dijuluki ekor penjalin dan makam Mbah Citra Wedana. Ki Keli dan Mbah Citra Wedana disebut – sebut sebagai pengikut setia dari Ki Sutaraga. Julukan Syekh Jambukarang yang berbeda-beda juga dapat dibuktikan dengan adanya cerita di beberapa tempat yang ada hubungannya dengan Ki Sutaraga atau Syekh Jambukarang. Seperti di panusupan, karangjambu dan Gunung Tanjung, Tegal. Di Gunung Tanjung sendiri Syekh Jambu Karang dikenal dengan sebutan Ki jambudipa. Maka tak heran jika banyak peziarah yang datang ke makam Ki Sutaraga juga berasal dari daerah tegal. Hal ini juga diceritakan oleh juru kunci makam Ki Sutaraga. Selain terdapat petilasan yang berupa makam, beberapa sesepuh desa pernah bercerita bahwa Ki Sutaraga juga meninggalkan sebuah tarian, yang disebut “Tarian Ratu Mala”. Konon, tarian tersebut digunakan Ki Sutaraga dan pengikutnya untuk bersih desa dan tolak bala. Tak banyak yang tahu tentang tarian ratu mala karena tarian tersebut memang disakralkan. Tarian ini juga tidak diiringi gamelan, hanya gerakan yang diiringi kidung. Seiring perkembangan jaman, untuk nguri uri budaya dan mengingatkan apa yang telah ditinggalkan oleh leluhur kita maka demi menambah kesenian yang ada di Desa , tarian tersebut akan dikemas lewat “Sendra Tari Ratu Mala” .Tarian tersebut dibawakan muda mudi dari Desa Siwarak supaya selalu diingat oleh generasi yang akan datang. Demikianlah legenda tentang Desa Siwarak. wallahu a’lam bish shawab (Hanya Allah yang Maha tahu kebenarannya) Akses Bagi yang belum tahu tentang rute perjalanan ke Gualawa, berikut akan saja jelaskan detail rutenya.Untuk mencapai Obyek Wisata Gualawa tidaklah sulit. Jika Anda dari Kota Purbalingga, arahkan kendaraan Anda ke utara sejauh 27 km. Setelah sampai di Jalan Raya Purbalingga-Pemalang, atau lebih tepatnya di pertigaan Kecamatan Karangreja, terdapat papan selamat datang Obyek Wisata Gua Lawa, ikuti penunjuk arah tersebut, kurang lebih sekitar 3 km dengan jalan yang agak sedikit naik sampailah Anda di lokasi Wisata Gua Lawa. Dengan kondisi jalan yang baik membuat perjalanan Anda akan lancar sampai tujuan. Bagi wisatawan dari luar kota yang ingin tinggal beberapa hari di Desa Wisata Siwarak jangan kwatir, ada beberapa penginapan dan homestay milik warga yang bisa dijadikan untuk tempat istirahat dan bermalam Anda setelah melakukan serangkaian kegiatan di Desa Wisata Siwarak.
Kilas Balik Golaga Purbalingga 2019
Tiket Masuk Goalawa
Hari Senin - Jumat Rp. 10.000,-
Hari Sabtu - Minggu Rp. 15.000,-